Tim Kopi Yang Mana:Tanpa Gula, atau Dengan Gula ?

16
Oct

Tim Kopi Yang Mana:
Tanpa Gula, atau Dengan Gula ?
Lukas 17:10

Bapak Ibu Saudara (BIS), hari ini yuk kita bicara soal kopi. Eitss, ini bukan kisah tentang kopi sianida Jessica-Mirna yang akhir-akhir ini kembali viral. Ini adalah kisah sederhana tentang kopi dan gula, yang biasa kita temukan di warkop; Atau pun, yang kita seduh sendiri, di meja tamu rumah kita masing-masing.

Saudaraku, sadarkah kita, dalam relasi kopi dengan gula; gula selalu menempati posisi yang tak enak? Jika kopi terlalu pahit, gula yang disalahkan, karena terlalu sedikit. Jika kopi terlalu manis, gula juga yang disalahkan, karena terlalu banyak. Jika takaran kopi dan gula seimbang, orang hanya memuji kopi: “Mantaappp.., kopinya!” Namun, bila berhubungan dengan penyakit, kembali deh, orang menyebutnya penyakit gula.

Hmm, kalau dipikir-pikir..nasib gula kok mirip ya dengan keadaan seorang hamba. Di Lukas 17, kita dapat temukan bahwa memang hamba melakukan tugasnya tanpa popularitas, pujian, penghargaan (ay.7-8), dan ucapan terima kasih (ay.9). Bahkan, pelayanannya pun tidak diperhitungkan sebagai sebuah jasa (ay.10).

Kenapa bisa begitu? Karena seorang budak atau hamba adalah orang yang telah dibeli! Dia adalah milik tuannya. (1Kor. 6:20). Dalam konteks pelayanan, kita menjalankan pelayanan dengan satu kesadaran bahwa kita ini milik-Nya TUHAN, dan kita bersyukur kalau masih diberi kepercayaan untuk ber-partner dengan TUHAN di dalam pekerjaan yang mulia ini.

Jadi, sebagai hamba-Nya TUHAN, kita tidak perlu marah dan kecewa bila tidak ada orang yang mengingat nama kita, atau tidak ada orang yang menganggap pelayanan kita. Karena kebanggaan kita adalah penilaian dari TUHAN kita, bukan? Yah, namanya juga ‘gula’, cukup kasih ‘senyum manis’ aja ^^.