BERPIKIR SEPERTI KRISTUS

11
May

BERPIKIR SEPERTI KRISTUS
Filipi 2:5-8

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Beberapa tahun yang lalu, kami mendapat undangan menghadiri perayaan Natal yang diadakan di rumah kediaman Bapak Walikota. Rumahnya cukup luas bisa menampung kapasitas hingga ratusan orang pengunjung. Kami mendapatkan tempat duduk yang cukup istimewa yaitu di bagian depan dan menyaksikan acara di panggung dari jarak dekat. Tak lama acara berlangsung, semua hadirin menoleh ke belakang, ternyata Pak Walikota memasuki ruangan dan menyapa tamu-tamu yang hadir. Ketika Pak Walikota berjalan mendekat panggung, kami mendapat kesempatan berjabat tangan langsung dan merasakan aura karisma Pak Walikota. Sosok beliau begitu hangat dan kami dapat merasakan kehangatannya dalam menyambut tamu-tamu yang hadir.

Hingga saat beliau menyampaikan kata sambutan, kami menyimak setiap perkataan beliau dan mencoba untuk memahami apa yang ada dipikirannya dan menangkap maksud tujuan dari setiap pesan yang dia sampaikan. Seperti halnya bagi kita yang mau memahami pikiran Pak Walikota dengan menyimak setiap kalimat yang ia sampaikan, demikian pula Ketika kita mau memahami pikiran Kristus Yesus, Tuhan kita.

Rasul Paulus lewat suratnya kepada jemaat di Filipi, mengajak para pembaca suratnya untuk hidup memahami pikiran Kristus. Apa yang ada di pikiran Kristus, di saat Ia mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba. Tuhan sang pemilik alam semesta, sang pencipta dunia ini, rela mengosongkan diriNya, menanggalkan semua kebesaranNya sebagai Allah, supaya Ia dapat menjalankan misi kasih-Nya kepada manusia berdosa untuk mati di atas kayu salib untuk menanggung hukuman dosa-dosa kita.

Dalam pikiran sehat kita, yang sering kita temui ialah orang senantiasa berpikir untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Bukan berpikir untuk memiliki kehidupan yang lebih rendah, atau masa depan yang lebih buruk, bahkan hingga nol atau kosong. Hal inilah yang sulit kita pahami, namun dibalik itu terdapat kemuliaan dan keagungan kasih Tuhan. Ketika Tuhan sudah mengosongkan diriNya hingga menjadi seorang hamba, bahkan sampai rela mati di atas kayu salib, di gantung di tempat yang terkutuk untuk menyatakan cinta kasihNya yang begitu besar, maka kita dapat memahami kasih-Nya yang mulia dan agung itu dengan mau menjalani hidup kita menuruti teladan kasihNya. Ia rela merendahkan diri-Nya sedemikian rupa agar kita orang berdosa yang dihukum itu bisa menerima cinta kasih Tuhan.
Bagaimana cara kita meneladani pikiran Kristus? Yaitu rela untuk merendahkan diri kita menjadi pelayan Kristus yang mau hidup membawa kesaksian dan kasih TUHAN kepada orang-orang berdosa. Mungkin kita akan dihina oleh karena menjadi saksi Tuhan, mungkin kita akan diabaikan oleh karena kita hidup mengutamakan Kristus. Namun semua itu tidak ada artinya apabila kita dapat memahami segala yang sudah Kristus berikan dan serahkan bagi kita dengan mengorbankan hidupNya di atas kayu salib.

Kiranya Tuhan Yesus menolong agar kita dapat menjalani hidup ini seturut dengan kehendak rancanganNya, yaitu menjadikan hidup Kristus sebagai teladan terindah dalam hidup setiap kita.
Amin.