Mata Yang Dibukakan, Mata Yang Dibutakan

30
Sep

Mata Yang Dibukakan, Mata Yang Dibutakan

Pdt. Anggung Istianto

Lalu berdoalah Elisa:“Ya TUHAN; Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat“. Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi di sekeliling Elisa. … “Butakanlah kiranya mata orang-orang itu (tentara-tentara raja Aram).” Maka dibutakan-Nyalah mata mereka, sesuai dengan doa Elisa

2 Raja-raja 6:17-18

 

Mata penting buat makhluk hidup seperti manusia. Dengan mata yang sehat, seseorang bisa melakukan sesuatu dengan baik, tepat atau sesuai yang diharapkan. Bisakah kita bayangkan bila mata dapat melihat, tetapi pikiran dan perasaannya tidak bisa mencerna apa yang dilihat. Mungkin kondisi seperti ini bisa digambarkan seperti orang yang “linglung” – lupa segala-galanya karena bingung – ketika tiba-tiba menghadapi sebuah masalah.

 

            Bujang Elisa juga nampak “lingkung”, ketika waktu bangun pagi-pagi, ia pergi ke luar melihat tentara raja Aram dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah “celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?” (ay.15). Elisa berkata jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada tentara Aram (ay. 16). Lalu Elisa berdoa:“Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.” Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa (ayat 17). Sebaliknya, ketika para tentara raja Aram turun mendatangi Elisa, Elisa berdoa: “Butakanlah kiranya mata orang-orang ini.” Maka di butakan-Nyalah mata mereka, sesuai dengan doa Elisa” (ayat 18). Mata para tentara raja Aram dibutakan, tentu yang dimaksud buta di sini bukan kehilangan fungsi melihat, sehingga jalan perlu dituntun, tetapi TUHAN membutakan kemampuan  dari pikiran dan perasaan untuk mencerna apa yang dilihat (ayat 19).

 

Jadi untuk bujang Elisa, TUHAN membuka kemampuan melihat suatu realitas surgawi yang tak terlihat. Sedang untuk para tentara raja Aram, TUHAN menutup kemampuan melihat suatu realitas duniawi yang terlihat.

 

            Melihat pengalaman hidup bujang Elisa, kita bisa belajar: Pertama, hidup selalu ada kejutan. Kedua diterima kejutan dengan iklas dan rasa syukur. Ketiga, ketika kejutan itu menakutkan kita, ingat pada Tuhan sang penolong. Keempat, jangan biarkan segala hawa nafsu duniawi membutakan mata hati kita. Kelima, pentingnya memelihara hubungan dengan Tuhan setiap saat sehingga mata hati kita bisa melihat realitas surgawi yang tidak terlihat oleh mata jasmani.

           

“Tuhan sanggup membuka kemampuan melihat suatu realitas surgawi yang tak terlihat,

Dia juga adalah Tuhan yang sanggup menutup kemampuan melihat suatu realitas duniawi yang terlihat”

Leave a Comment