Di Mata Dunia atau Allah?

25
Aug

Di Mata Dunia atau Allah?

Nats: Wahyu 3:1-2

  1. Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!
  2. Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.

Naskah:
Ada seorang yang berpenampilan sangat baik. Bisa dibilang dia menjadi bintang di sekolahnya karena segala hal yang dimilikinya. Mulai dari talenta berolahraga, main musik sampai dengan nilai yang cenderung baik di dalam kelas. Memiliki paras yang tampan membuatnya menjadi terlihat lengkap. Namun, ternyata banyak yang tidak mengetahui bahwa dia merupakan orang yang memiliki attitude yang tidak terlalu baik. Cepat emosian, sombong dan sering marah-marah membuat dia semakin lama semakin tidak digemari lagi oleh banyak orang.

Sama seperti gambaran di atas, ini juga yang dapat kita lihat dari jemaat Sardis. Jemaat Sardis jika dilihat dari covernya, maka dapat dikatakan mereka merupakan gereja yang enak, sukses, gereja yang hidup. Kejayaan kota Sardis sudah dimulai sejak tahun 700 SM dimana kota ini menjadi kota perdagangan yang aktif dan sangat kaya. Jemaat Sardis juga dulu terkenal sebagai industri pembuatan logam emas. Masa kini menjadi penghasil kain wol yang putih dan punya tanah yang subur. Kalau berdasarkan kacamata dunia, inilah yang dicari-cari orang bukan? kenyamanan, keamanan, kedaiman, dan kekayaan.
Namun, apa yang baik di mata dunia, belum tentu di mata Tuhan juga baik. Kita lihat di ayat 1-2 bagaimana Tuhan melihat bahwa ini gereja yang mati. Istilah yang dipakai adalah kematian secara rohani. Artinya jemaat ini mengenal Allah, namun tidak hidup di dalam Tuhan dan sesuai dengan apa yang benar menurut Tuhan. Sayang sekali karena mereka mempunyai segalanya yang menjadi keinginan, namun mereka kehilangan apa yang butuhkan, yakni kebenaran Firman Allah.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih mencari apa yang kita inginkan atau apa yang Tuhan ingin terjadi di dalam kehidupan kita? Hal materi memang kita butuhkan, namun jangan sampai kita melupakan apa yang terpenting sebagai orang percaya, yaitu Firman Allah yang menghidupkan setiap kita.