Tetap Berjaga-jaga dan Siap Sedia

28
Sep

Di dalam Injil Matius 24:37-44 Tuhan Yesus mengungkapkan tiga kondisi hidup manusia yaitu :

1) Kondisi pertama, gaya hidup orang-orang di zaman Nuh sedemikian rusak dan mereka tidak merasakan adanya dosa (Ay. 37-39)

Yang mereka sibukkan hanyalah makan, minum, kawin. Semua tanda yang Tuhan berikan tidak mereka hiraukan. Manusia bisa begitu cuek karena manusia hidup dalam gaya hidup yang semakin hari semakin acuh tak acuh. Dalam perjalanan sejarah, situasi zaman Nuh akan terulang kembali secara perlahan-lahan dalam gaya hidup yang mirip terjadi pada zaman akhir ini. Dengan melihat hal ini seharusnya kita mempunyai kepekaan untuk dapat mengantisipasinya. Semakin kita masuk ke dalam dunia, jepitan gaya hidup akan semakin mencengkeram, dan kita akan seperti orang aneh kalau tidak hidup dalam situasi itu. Orang seperti ini sebenarnya tahu bahwa apa yang dijalankannya tidak sesuai dengan Firman Tuhan tetapi dia tidak bisa keluar dari situ.
Gaya hidup sekarang ini diwarnai dengan semangat pragmatis dan hedonis. Mengapa Belanda bisa menjajah Indonesia sampai tiga setengah abad ? Karena sebagian rakyat kita atau orang elit diwarnai gaya hidup pragmatis dan hedonis. “Hanya ada dua pilihan bagi laki-laki Indonesia semasa penjajahan kolonial Belanda, menjadi pahlawan atau menjadi pengkhianat. Bagi yg punya harga diri dan penghormatan terhadap bangsa, maka akan menjadi pahlawan. Sedangkan bagi pengecut, tak punya harga diri, dan bergaya hidup pragmatis, maka akan memilih hidup sebagai pengkhianat yg memerangi bangsa sendiri. Saya kira gaya hidup pragmatis kembali populer lagi dan membuat kita menjadi penjajah di negeri sendiri seperti para koruptor, narkoba. Itulah gaya hidup kesenangan dan kenikmatan merupakan tujuan utama dalam hidup. Strategi yang sukses pada zaman Nuh sedang diulang pada zaman ini oleh Iblis. Orang-orang Kristen pun akan menjadi korban di dalamnya kalau tidak berhati-hati.

2) Kondisi kedua, Tuhan Yesus membukakan agar kita tidak terjebak tampilan luar/kebersamaan (Ay.40-41)

Ayat 40 menunjukkan kepada kita bahwa orang yang kompak sekali, yang sudah seperti Saudara sehingga bekerja di ladang bersama-sama, pada akhirnya tidak menuju ke titik yang sama. Ayat 41 menceritakan tentang 2 wanita yang kompak sekali sehingga bisa mendorong kilangan bersama-sama, pada akhirnya juga tidak menuju ke titik yang sama. Kita seringkali terkecoh dengan kebersamaan, apalagi kesamaan bagian luarnya. Alkitab menuntut kita untuk mempunyai kesatuan iman, pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:13).
Pada hari ini sangat banyak di antara kita yang sangat tertarik dengan tampilan luar karena mempunyai semangat pragmatis, yang luar gampang dilihat sedangkan yang dalam sulit untuk dievaluasi. Untuk menyeragamkan iman perlu perjuangan yang keras, tuntutan yang tegas, dan kesungguhan bersama untuk mengerjakannya.

3) Kondisi ketiga, Tuhan Yesus membukakan tentang bagaimana sikap yang seharusnya sebagai orang percaya (Ay. 42-44)

Ayat 42 dan 43 menyuruh kita untuk berjaga-jaga, ayat 44 menyuruh kita untuk siap sedia. Tuhan bukan menginginkan kita untuk berjaga-jaga secara pasif tetapi juga siap sedia/ mempersiapkan diri dengan baik. Orang yang demikian akan hidup secara dinamis. Di semua aspek, kalau kita melakukan penantian pasif kita akan merasa lelah dan jenuh.
Orang yang sudah divonis oleh dokter bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi, apa yang harus dilakukan? Orang yang tahu bahwa waktu hidupnya terbatas seharusnya bersikap apa? Orang yang sekedar menunggu secara pasif akhirnya akan memiliki hidup yang sangat negatif. Saya pernah mendengar seorang hamba mengatakan bahwa Pdt. Stephen Tong sudah divonis mati akibat penyakit yang dideritanya justru bekerja lebih keras untuk menyelesaikan tugasnya. Ini merupakan sikap yang mengatasi kondisi, bukannya menyerah. Ia menyadari bahwa waktunya sudah tinggal sedikit lagi maka harus bekerja dengan lebih baik dan lebih keras.
Hal inilah yang membedakan antara orang yang betul-betul di dalam Tuhan dengan orang yang di luar Tuhan. Orang yang di dalam Tuhan akan tahu menggarap hidupnya dengan positif. Tuhan menginginkan kita bukan sekedar mempunyai sikap positif melainkan juga mempunyai produktivitas. Hidup haruslah produktif, harus ada hasil yang kita bawa, harus ada buah-buah yang kita persembahkan kepada Tuhan dan buah-buah itu yang disukai Tuhan bukan yang saya sukai. Amin !

( Ev. Gunaelson )

Leave a Comment