SINDROM SELEBRITIS

10
Jan

SINDROM SELEBRITIS

Ev. Nita Gotib

Matius 20:26-28

”Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

“Sang bos punya kuasa.”

Itulah sistem dalam dunia, bukan?

Di dalam pemerintahan, ada presiden, kabinetnya, hingga sekelompok orang yang punya hak-hak istimewa yang tidak dimiliki rakyat biasa.

Di dalam dunia militer, ada perwira, bintara, dan tamtama.

Di dalam dunia bisnis, ada manager, pegawai, pengawas toko, mandor, dan buruh.

Atasan / bos memiliki hak istimewa dan kuasa untuk mengatur bawahannya.

Begitulah cara kerja sistem yang berlaku.

Tetapi Tuhan Yesus menegaskan: “Tidaklah demikian di antara kamu.”

Apa artinya? Sederhana saja.

Di dalam keluarga Allah, hanya ada satu kumpulan besar orang, yaitu PARA PELAYAN.

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.”

Kata-kata yang sudah terlupakan.

Di dalam diri kita, ‘sindrom selebritis’ seringkali kambuh dalam pikiran, sikap, dan tindakan kita. Kita ingin dikenal, diakui, dihormati, dihargai, dan tidak ingin dilupakan, apalagi dianggap seorang pelayan.

Lebih mudah untuk mendorong sikap pelayanan dalam diri orang lain agar orang tersebut melayani kita. Dan itu bukanlah yang diinginkan Tuhan dan tidak seharusnya kita berbuat demikian. Sungguh tidak mudah untuk menjadi seorang pelayan, apabila kita sudah terbiasa memerintah orang lain.

Namun ketika kita masuk dalam keluarga Allah, Tuhan Yesus memperkenalkan dan menerapkan sistem pemerintahan yang berbeda dari dunia.

Di dalam Tubuh Kristus, hanya ada Satu Kepala. Yesus Kristus adalah Tuhan dari tubuh-Nya.

Apapun bentuk pemerintahan yang dianut gereja kita, yang penting setiap orang yang terlibat dalam pelayanan (apakah pemimpin atau bukan) seharusnya melihat diri masing-masing sebagai orang yang melayani, orang yang memberi.

Pola utamanya dari mana? Dari Yesus Kristus sendiri, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya bagi tebusan umat-Nya.

Jika ‘sindrom selebritis’ itu masih menguasai kita, tidak ada jalan lain untuk mengalahkannya, selain memandang Salib dan merenungkan Sang Tuan Mahatinggi yang rela menjadi hamba bagi keselamatan kita.

Jadi apakah anda benar-benar seorang pelayan Kristus?