Kasih Setia Tuhan

16
Sep

Kasih Setia Tuhan
Ratapan 3:22-23

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!

Kitab Ratapan 3 merupakan salah satu sastra Alkitab yang terindah, di mana setiap ayatnya di mulai dengan abjad Ibrani yang berurutan. Serta memiliki keindahan struktur yang dibalut dengan kosakata dan ungkapan yang puitis dan menawan.

Sayangnya, keindahan sastra di atas tidak seimbang dengan nasib Yeremia, sang penulis kitab ini maupun bangsa Yehuda. Puisi yang begitu indah ini justru ditulis di tengah keterpurukan Yeremia dan bangsa Yehuda. Puisi ini muncul sebagai respons terhadap pembuangan bangsa Yehuda ke Babel.

Situasi demikian adalah kondisi yang sangat berat bagi Yeremia. Bertahun-tahun lamanya, Yeremia menaati pimpinan Tuhan dengan hidup memberitakan kebenaran dan peringatan ilahi, tetapi tidak ada respons positif dari bangsa Yehuda. Mereka bahkan menentang dan menganiaya Yeremia. Pada akhirnya mereka benar-benar dihukum oleh Tuhan. Sebagai seorang manusia biasa, Yeremia mungkin merasa semua pelayanannya tidak ada hasilnya sama sekali.

Bagi bangsa Yehuda secara umum, situasi ini jelas begitu menekan. Orang-orang Yehuda yang masih tersisa di tanah perjanjian menghadapi kelaparan yang hebat. Entah berapa ribu orang yang sudah mati karena peperangan dan kelaparan. Mereka kehilangan kota Yerusalem, tanah perjanjian, dan bait Allah di dalamnya. Apa yang mereka banggakan telah hilang. Lenyap sudah semua kegemilangan dan nama besar Yerusalem. Sunyi senyap tanah perjanjian ditinggalkan oleh penduduknya. Musnah sudah keindahan, kemegahan, dan kekokohan bait Allah. Bagi bangsa Yehuda, kehilangan Yerusalem, tanah perjanjian, dan bait Allah merupakan penderitaan yang tak terlukiskan. Dunia seakan-akan runtuh di depan mereka.

Saudara tks, situasi hidup mungkin baru berubah sesudah masa yang panjang, namun ada satu perubahan yang harus segera terjadi, yaitu perubahan cara pandang. Perubahan cara pandang berarti situasi yang sama dapat dilihat dari kacamata yang berbeda. Perbedaan cara pandang ini pada gilirannya akan mempengaruhi kehidupan orang yang memandangnya. Pikiran Yeremia dapat terfokus pada masalahnya. Dia selalu mengingat keadaannya. Tidak heran, ia terbelenggu dengan kepedihan dan keputusasaan. Namun Yeremia mengambil pilihan yang tepat. Ia memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan Allah, bukan persoalannya.

Kata kerja “kuperhatikan” dalam teks Ibrani mengandung arti “kukembalikan”. Dikembalikannya berarti “hati” atau “pikiran”. “hal ini aku kembalikan ke dalam hati”.

Ungkapan ini menyiratkan bahwa Yeremia telah mengisi hatinya dengan hal-hal yang lain. Hatinya begitu dikuasai oleh persoalan diri dan kemalangan bangsa Yehuda, sehingga hidupnya diwarnai oleh kepedihan. Sekarang ia memutuskan untuk mengisi hatinya dengan kebenaran ilahi. Kebenaran ini sempat terlupakan, namun sekarang dikembalikan lagi ke hatinya.

Pada saat perubahan cara pandang ini terjadi, suasana hati Yeremia juga berubah. Ia tidak lagi tertekan. Sekarang ia berani berharap. Bukan hanya ia “akan berharap”tetapi ia “memiliki pengharapan”. Pengharapan ini bersifat pasti.

Cara pandang seperti apa yang membuat kita mampu berharap?

Pertama, keadaan kita bisa lebih buruk daripada sekarang. “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN”, berarti “tak berkesudahan” adalah kasih setia TUHAN. “oleh karena kasih setia TUHAN, kami tidak habis”.

Seturut dengan terjemahan terakhir ini, kita dapat menyimpulkan bahwa kehancuran Yerusalem dan bait Allah serta pembuangan ke Babel bukanlah situasi yang terburuk yang bisa dipikirkan oleh bangsa Yehuda. TUHAN bisa saja menghukum mereka secara lebih hebat, yaitu dengan memusnahkan mereka seluruhnya. Allah bisa saja memutuskan perjanjian dengan bangsa Yehuda dan memilih bangsa lain sebagai pengganti. Bukankah mereka bangsa yang selalu tegar-tengkuk? Berlebihankah apabila Allah menghabisi mereka semua dari muka bumi ini? Bukankah Allah memilih mereka berdasarkan kasih-Nya? Berlebihankah jika Ia memberikan kasih-Nya kepada bangsa lain? Tentu saja tidak!

Kita acap kali mengeluh karena kita membandingkan keadaan kita sekarang dengan keadaan yang ideal atau keadaan orang lain yang lebih baik. Kita lupa merenungkan bahwa keadaan kita bisa saja lebih buruk daripada sekarang. Allah bisa saja menghancurkan hidup kita karena segala dosa dan kejahatan kita. Kenyataannya, Ia masih menyisakan begitu banyak alasan bagi kita untuk mengucap syukur. Adakah hal-hal positif dalam hidup kita yang seringkali kita abaikan dan lupa untuk disyukuri?

Kedua, kebaikan Allah tidak pernah berhenti dalam hidup kita. Yeremia menggunakan tiga kata yang maknanya sangat berdekatan, “kasih setia, rahmat, dan kesetiaan”.

Semua kata ini merujuk pada kebaikan Allah, walaupun aspek yang ditekankan berbeda-beda. Kata khesed “kasih setia” biasanya digunakan untuk kesetiaan Allah atas perjanjian-Nya. Ini adalah kasih dalam konteks perjanjian.

Kata “rahmat” dapat diidentikkan dengan belas kasihan atas orang berdosa atau orang yang menderita.

Kata “kesetiaan” lebih mengarah pada kepastian atau keteguhan dalam melakukan sesuatu, yang mengandung makna yang lebih luas dari kata khesed. Melalui penggunaan tiga kata yang nyaris sinonim ini, Yeremia berniat untuk menegaskan keutamaan kebaikan Allah.

Kasih setia Allah menjamin bahwa perjanjian dengan umat-Nya akan terus ada. Allah tidak akan membatalkan perjanjian. Rahmat-Nya memastikan bahwa umat Allah yang berdosa tetap mengalami kebaikan-Nya. Kesetiaan-Nya merupakan sauh yang kuat untuk menyandarkan hidup kita yang terus bergoncang.

Kebaikan ilahi di atas tidak hanya akan terus ada. Kebaikan itu juga selalu baru tiap pagi. Terus-menerus ada dan selalu baru tiap pagi adalah dua hal yang berbeda. Apa yang terus-menerus belum tentu selalu baru tiap pagi, tetapi apa yang selalu baru tiap pagi berarti terus-menerus ada. Kebaikan Allah mencakup dua hal ini: akan terus-menerus ada, selalu baru tiap pagi.

Menjalani hidup tidak pernah mudah, memang kadangkala sukar. Namun, kasih sayang TUHAN tidak pernah pudar. Karena itu, marilah kita senantiasa memandang Tuhan dengan hati yang tenang dan pasti. Ialah sumber pengharapan dan Tuhan sudah memastikan bahwa pengharapan kita tidak akan hilang.
Amin.