RAJIN BERBUAT BAIK

26
Jan

RAJIN BERBUAT BAIK
Pdt. Anggung

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”
(Galatia 6:9-10)

Masih ingat, awal pandemi covid-19 menyerang kita, apa yang banyak dilakukan orang untuk sesamanya? “BERBUAT BAIK MENOLONG SESAMA”. Ada yang menyediakan nasi bungkus, sembako, air minum dan kebutuhan hari-hari lainnya. Gereja-geraja juga ambil bagian, bagi sembako, konsultasi dokter dan obat gratis bagi yang terpapar covid. Dan bagaimana sekarang, saat kondisi covid-19 mulai melandai, ekonomi mulai bergerak naik, aktivitas masyarakat sudah tidak dibatasi? Sepertinya, berbuat baik, menolong sesama mulai ikut melandai juga.

Bagian firman yang kita baca hari ini, Paulus menasehati anak-anak Tuhan untuk tidak jemu-jemu berbuat baik (ayat 9). Kata jemu-jemu dapat diartikan, tidak lemah, lelah, tawar hati, putus asa, merasa habis. Mengapa jangan jemu-jemu berbuat baik? Alasannya, karena kondisi kita yang sedang berada dalam dunia yang sulit, penuh tantangan dan penderitaan. Apalagi perintah ini bersifat terus menerus, aktif semakin tidak mudah. Kita mudah tergoda untuk  menjadi tawar hati, kecil hati, putus asa. Tetapi menjadi anak-anak Tuhan, kita tidak sekadar menikmati kebaikan Tuhan, tetapi kita juga dipanggil menjadi produktif dalam berbuat baik.

Berbuat baik seperti apa yang dimasudkan oleh Paulus? Berbuat baik yang dimaksudkan ialah, saling mengasihi (Gal. 5:14), hidup dalam kendali Roh (Gal. 5:22-23: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri), memimpin orang berdosa kembali ke jalan yang benar (Gal. 6:1), bertolong-tolong menanggung beban (Gal. 6:2). Dan juga berbuat baik dalam hal berbagi finansial (Gal. 6:6). Secara khusus untuk Gal. 6:9-10 yang menjadi renungkan kita, berbuat baik yang dimaksud dalam konteks memberi bantuan untuk mencukupi kebutuhan jasmani, sosial, dan rohani.  Seperti yang kita lakukan awal pandemi covid-19, membagi sembako, obat-obatan, konsultasi dokter gratis dan para hamba Tuhan menguatkan dan mendokan yang terpapar covid-19. Namun ini yang perlu kita ingat, janganlah berhenti berbuat baik, sekalipun pandemi sudah berhenti. 

Apa yang bisa kita nikmati dari hasil berbuat baik? Ayat 9b “kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah”. Artinya, sesuatu kebaikan yang kita tabur pasti pada waktunya kita akan menuainya. Bila kita menabur kebaikan, kita akan menuai kebaikan, bila kita menabur kasih, kita aka menuai kasih, kita menabur perhatian, kita akan menuai perhatian. Selalu ada berkat bagi kita yang bertahan dalam melakukan kebaikan. Kadang Tuhan memakai perbuatan baik kita menjadi penggerak orang untuk bertobat dan menjadi percaya Tuhan kita. Dan tidak jarang, ada banyak keluarga-keluarga yang dipulihkan karena perbuatan baik kita. Disisi lain, perbuatan baik dapat membawa perhiburan dan pertolongan bagi mereka yang kita tolong. Dan ketika yang kita tolong bersukacita, maka kita akan menuai bahagia dan kepuasan. Jadi, ada banyak manfaat perbuatan baik kita bagi sesama. Oleh sebab itu,  jangan jemu-jemu berbuat baik, selama Tuhan beri kita kesempatan. 

Soli Deo Gloria.

“Sekalipun nanti pandemi berubah menjadi endemi, panggilan orang percaya tidak berubah yakni tidak jemu-jemu berbuat baik”