Batu atau Pasir

10
Jan

Batu atau Pasir
(Matius 7:24-27)

Pada tanggal 24 Mei 2001, sepasang kekasih Bernama Keren dan Asaf Dror mengambil sebuah keputusan besar dalam hidup mereka, yaitu menyatukan hubungan mereka menjadi suami dan istri di Versailles, Wedding Hall, di Yerusalem. Di malam hari di saat pesta pernikahan sedang berlangsung, tepat nya pukul 10.00 malam, mereka sedang berdansa, makan, minum, tiba-tiba lantai konstruksi bangunan ruang utama pesta yang terletak di lantai 3 itu bergoyang dan dalam sekejap suasana penuh kebahagiaan itu berubah menjadi teriakah histeris dan tragedi maut saat lantai 3 tempat tamu berkumpul itu runtuh ke bawah. Hari bahagia sekejap menjadi tragedi mengerikan, dari 700 orang tamu yang hadir, 23 orang diantaranya tewas, termasuk opa dari pengantin pria yang berusia 80 tahun dan ponakannya yang berusia 3 tahun sebagai korban termuda, serta 380 terluka, termasuk pengantin perempuan yang sampai harus menjalani pembedahan. Penyelidikan penyebab bencana menyimpulkan bahwa akan adanya kecacatan pada desain struktural bangunan. Sebuah bangunan yang tidak dibangun dengan dasar atau pondasi yang kokoh, suatu hari akan ambruk menjadi tragedi yang mengenaskan.

Kebanyakan dari kita tidak sedang membangun wedding hall, tetapi kita semua sedang membangun kehidupan. Tak ada keputusan yang lebih penting, selain memilih di atas dasar apa kita mau membangun kehidupan ini. Dari Injil Matius 7:24-27, Tuhan Yesus mengajarkan sebuah perumpamaan tentang orang yang membangun rumah di atas batu dan membangun rumah di atas pasir.

Pada zaman Yesus, rumah-rumah di pedesaan biasanya dibangun dari lumpur yang mengeras. Pencuri bisa melubangi tembok rumah semacam itu karena terbuat dari bahan yang rapuh (Matius 6:19).
Di Israel cuaca dapat berubah dengan cepat. Selama musim panas yang sering terjadi sangat lama, sungai-sungai banyak yang kering. Di musim dingin, hujan lebat membuat sungai kering bisa berubah menjadi aliran air yang sangat deras dan kadang-kadang merubah daratan secara drastis. Di padang gurunpun bisa terjadi banjir yang menyapu bersih perkemahan, menghilangkan nyawa manusia dan ternak.
Saat musim kering, orang-orang yang berdiam di lembah mengambil kesempatan bercocok tanam di tepi-tepi sungai, bahkan mendirikan pondok-pondok di situ, di atas tanah pasir. Mereka hanya memikirkan hasil yang akan mereka peroleh, tanpa memikirkan bahaya yang akan mereka alami jika sewaktu-waktu datang hujan.
Musibah banjir yang sering terjadi di Palestina, bisa menyebabkan kerusakan hebat pada bangunan rumah, bahkan meruntuhkannya. Namun jika fondasi rumah itu kokoh (fondasinya adalah batu) maka rumah itu tidak akan goyah, rusak atau runtuh.

Musibah alam ini menggambarkan berbagai masalah yang sering dihadapi manusia. Ketika dihadapkan dengan berbagai masalah hidup yang berat, orang Kristen tidak akan goyah imannya jika dia mempunyai dasar yang kokoh pada saat membangun kehidupannya. Dasar yang kokoh agar tahan menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan adalah datang kepada Yesus, mendengar perkataan-Nya serta melakukannya. (Mat 7:24; Luk 6:47). Masalah yang dihadapi dapat merupakan cobaan dari iblis; atau karena kesalahan yang kita buat; atau karena Tuhan mau menguji iman kita dengan membiarkan kita menghadapi berbagai masalah.

Ada sebuah quotation dari Haruki Murakami,
Saat anda keluar dari badai, anda tidak akan menjadi orang yang sama seperti saat masuk. Itulah maksud dari sebuah badai.

Quotation ini memang terdengar baik dan bermakna, memberikan pesan bahwa badai hidup atau permasalahan hiduplah yang mengubah atau membentuk hidup seseorang.
Firman Tuhan pagi ini memberikan kita hikmat yang jauh lebih tinggi, yaitu tentang kekuatan dasar atau pondasi kehidupan seseorang. Firman TUHAN mau kita berfokus kepada dasar atau pondasi hidup kita, bukan berfokus kepada permasalahan hidup atau badai kehidupan itu. Ada dua macam pondasi, yang satu batu karang yang kokoh (solid rock), yang kedua ialah pasir yang bergoyang (sinking sand).

Apakah dasar atau pondasi bangunan itu? Tidak lain adalah mendengarkan pengajaran TUHAN YESUS serta melakukannya.

Mari kita menjalani tahun 2022 ini dengan membangun kehidupan kita di atas pondasi yang kokoh dan kuat yakni diatas batu karang yang kokoh.
Tuhan Yesus memberkati.