DUSTA MANUSIA VS KESETIAAN TUHAN

13
Sep

DUSTA MANUSIA VS KESETIAAN TUHAN
(Yehezkiel 37:26-27)

“BRAKKK…!!” seorang kakek (karena jalan terburu-buru) menabrak pemuda usia 20 th-an, di tepi trotoar jalan raya.

“Kakek tidak apa-apa?,” kata si pemuda sambil membantu si kakek berdiri.

“Iya saya tidak apa-apa. Maaf ya, malah jadi nabrak kamu,” ujar si kakek tua.

“Mengapa kakek jalan begitu terburu-buru?” tanya si pemuda.

“Hari ini Saya punya janji untuk makan dengan istri Saya di panti jompo. Istri saya menderita penyakit Alzheimer, dan saya sudah sangat tua, jadi saya tidak dapat merawatnya sendiri di rumah,” jawab si kakek.

“Loh, jika istri kakek menderita Alzheimer, berarti dia tidak ingat dong dia punya janji untuk sarapan dengan kakek?” tanya pemuda itu lagi.

Kakek itu tersenyum, “Ya kamu benar, dia memang tidak ingat, tetapi aku ingat. Dia tidak tau siapa aku, tetapi aku selalu tau siapa dia. Dia adalah istriku.”

Bapak Ibu Saudara (BIS), sama seperti kasih si kakek yang tak pernah berubah pada si nenek. Sama seperti si kakek yang selalu setia pada janji yang diucapkannya. TUHAN selalu ingat dan menggenapi setiap janji-janji-Nya! Kesetiaan-Nya tak pernah berubah!

Yehezkiel 37:26-27 mencatat, “Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”

Dahulu, karena pertikaian politik dan juga hukuman TUHAN (1Raj. 11-12), kerajaan yang bersatu di bawah kepemimpinan Daud dan Salomo terpecah menjadi Israel dan Yehuda. Lalu karena ketidaksetiaan umat, TUHAN menyerahkan Israel kepada Asyur (2Raj. 17) dan membuang Yehuda ke Babel (2Raj. 25). Namun, oleh belas kasih TUHAN, mereka dipersatukan kembali (ay. 16-23). Betapa indah persatuan itu karena TUHAN tidak pernah menarik kembali kasih setia-Nya.
Tuhan tetap setia kepada perjanjian-Nya,meskipun telah dikhianati berulang kali oleh umat-Nya.

Tuhan tetap bersedia menjadi Allah mereka, dan mereka jadi umat-Nya (ay. 23b). Seperti dulu dalam nyanyian Musa (Kel. 15:13, 17), sekarang TUHAN membimbing umat-Nya ke tempat kediaman-Nya sendiri (ay. 26-28).

BIS, penggenapan sempurna akan janji Allah yang sudah diperbarui ini ada pada diri Tuhan Yesus. Melalui Yesus, Sang Anak dari keturunan Raja Daud, umat Tuhan yang terserak kembali dipersatukan. Bahkan, bukan hanya Israel, tetapi setiap orang percaya dari semua suku bangsa dan bahasa (Ef. 2:11-13).

Alkitab menyatakan bahwa “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya,” (2Petr. 3:9a) dan “Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.” (Mzm. 12:7).

Karena itu, jangan pernah ragukan janji TUHAN. Apabila saat ini, kita sedang dalam pergumulan berat, jangan pernah putus pengharapan. Terus pandang Yesus dan pegang janji-Nya. Mungkin persoalan kita memang besar dan sukar, tapi percayalah, kuasa-Nya sungguh tak terbatas untuk menolong kita umat-Nya.
Amen!